Akhir-akhir ini Jakarta diramaikan oleh bursa CaGub dan CaWaGub DKI pengganti Foke. Dari sekian banyak nama yang disebut-sebut setidaknya terdapat dua calon yang berjenis kelamin perempuan. Hal ini mengingatkan saya tentang satu kata yang sering dijadikan perempuan untuk menyetarakan haknya, kata tersebut adalah 'emansipasi'.
Ya, emansipasi sering diartikan sebagai penyetaraan gender dalam berbagai kesempatan dan aktivitas. Salah satunya adalah emansipasi dalam berpolitik. Sudah bukan hal yang mengherankan lagi jika perempuan pada saat ini semakin berlomba-lomba menunjukkan eksistensinya, khususnya dalam hal kepemimpinan. Negara kita sendiri pernah dipimpin oleh seorang perempuan. Tetapi apakah fenomena ini sesuai dengan kodrat seorang perempuan?.
Sebagai perempuan tentu saya juga menginginkan persamaan gender di segala aspek kehidupan, tetapi untuk hal yang satu ini, kepemimpinan, saya tetap lebih mempercayai laki-laki. Individu memang terlahir sebagai pemimpin, minimal untuk dirinya sendiri, namun untuk ranah yang lebih besar seperti kota atau bahkan negara, I believe that man will do better than woman. Selain itu hal ini juga didukung dengan pengetahuan umum bahwa perempuan cenderung lebih banyak memggunakan perasaan dibanding pemikirannya. Apa jadinya jika kepemimpinan lebih banyak dilandasi dengan perasaan yang sifatnya subyektif dibanding dengan pemikiran yang sifatnya obyektif..?
Well, tanpa bermaksud pesimis ataupun mengecilkan perempuan dimanapun berada, kita sendiri mencari seorang laki-laki untuk menjadi pemimpin rumah tangga, bukan? Lalu kenapa untuk ranah yang lebih besar kita berani-beraninya mencalonkan diri? ;)